BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Mendidik anak untuk bisa pintar
mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik anak untuk mempunyai
emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan orang tua
dan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi dalam
memahami dinamika kepribadian anak. Perilaku siswa usia sekolah saat ini banyak
dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap anak-anak yang sangat sulit di atur (hiperaktif) emosinya di
kelas.
Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena
keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif
sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan
mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya.
Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal.
Untuk itulah dibutuhkan suatu
pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka
dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan
adanya bimbingan konseling berupa layanan atau treatment yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk
mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang
diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
- Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan anak hiperaktif ?
2. Apa saja ciri-ciri anak hiperaktif ?
3. Bagaimana cara mengatasi anak hiperaktif ?
BAB II
KAJIAN TEORI
- Definisi Anak
Hiperaktif
Gangguan hiperaktif sesungguhnya
sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan
selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity
disorder). Anak hiperaktif adalah anak yang
mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention
deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome.
Gangguan
hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini
(sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian,
hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai
berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi
dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian
istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola
perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat
kompleks; gejalanya berbeda-beda.
Para ahli mempunyai perbedaan
pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam tiga jenis yaitu :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak
hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak
menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti
sedang berada “di
awang-awang”.
2. Tipe anak yang hiperaktif
dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan
impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian.
Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3.Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya,
hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan
anak anak termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif
adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak
sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan
mengasikkan namun tidak kunjung datang.
- Ciri-Ciri Anak
Hiperaktif
v Ada tiga tanda utama anak
yang menderita ADHD, yaitu :
a. Inatensi Tidak ada
perhatian
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat
dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap
sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu,
sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.Ketidak-mampuan
memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran.
b. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi.
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam.
Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu,
ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
c. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk
menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang
tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera
dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak
sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan.
Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan
selesai diajukan. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola
yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau
berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Anak juga tidak bisa
untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas
adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik
bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat
diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas
sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun.
Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan
di sekolah.
v Adapun ciri-ciri khusus
anak yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
Ø Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering
menggeliat.
Ø Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk
manis.
Ø Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan
yang tidak selayaknya.
Ø Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
Ø Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga,
tenaganya tidak pernah habis.
Ø Sering terlalu banyak bicara.
Ø Sering sulit menunggu giliran.
Ø Sering memotong atau menyela pembicaraan.
Ø Jika diajak bicara tidak
dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
BAB III
PEMBAHASAN
Ditinjau
secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal
yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan
perhatian. Begitu pula anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian. Gangguan ini disebabkan kerusakan kecil pada system saraf
pusat dan otak sehingga rentang konsentrasi penderita menjadi sangat pendek dan
sulit dikendalikan. Penyebab lainnya dikarenakan temperamen bawaan, pengaruh
lingkungan, malfungsi otak, serta epilepsi. Atau bisa juga karena gangguan di
kepala seperti geger otak, trauma kepala karena persalinan sulit atau pernah
terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.
Seperti
contoh dibawah ini:
“ Agus, seorang anak laki-laki berusia
sembilan tahun. Ia senang melakukan kegiatan olahraga, khususnya futsal. Ia
memiliki kemampuan akademik yang cukup memadai. Meskipun demikian, gurunya
menyatakan bahwa prestasi belajarnya sangat kurang. Gurunya meyakini bahwa Agus
akan menjadi lebih baik dalam prestasi belajarnya apabila guru lebih banyak
memberikan perhatian khusus kepadanya. Di sekolah, Agus sangat jarang
mengerjakan tugas dan menyelesaikan tugas-tugas sekolahnya walaupun waktu yang
disediakan cukup lama. Ia sering mengganggu teman-teman sekelasnya saat
kegiatan pembelajaran berlangsung. Ia sering meninggalkan tempat duduknya dan
selalu bertanya-tanya sesuatu yang kurang bermanfaat kepada gurunya dan teman
sebangkunya. Bahkan, ia sering menyakiti teman-temannya, misalnya menusuk tubuh
temannya dengan ujung pensil yang telah di runcingkan. Saat melakukan futsal,
ia bergerak kesana ke mari ke segala posisi dengan gerakan yang dilakukan
secara berantai tanpa henti-hentinya. Namun, ia tidak segera menyelesaikan
tugas sebagai seorang pemain yang sedang bermain futsal. Di rumah, Agus
termasuk anak yang sulit di atur. Rumahnya menjadi berantakan karena ia sering
melakukan aktivitas memprakarsai unuk mencoba-coba membongkar dan memasang
benda-benda yang ada di sekitrnya tanpa di selesaikan dengan baik. Sering kali
ia membanting dan melempar benda-benda yang ada di sekitar ruangannya. Ayahnya
melaporkan kepada gurunya bahwa Agus sering lupa terhadap apa yang pernah ia
lakukan sehingga ayahnya frustasi oleh ulahnya dan sering membentak dengan
keras saat Agus berperilaku tidak mau diam, bahkan menjadi berlebihan.
v Deskripsi
kasus secara klinis
“ Agus secara
jelas merupakan anak dengan karakteristik hiperaktif yang mempunyai kesulitan
pemusatan perhatian secara berlarut-larut dalam melakukan suatu tugas yang di
berikan kepadanya. Akibatnya, semua tugas yang di berikan kepadanya tidak
pernah terselesaikan dan sering tidak mendengarkan dengan baik saat seorang
berbicara dengan dirinya. Agus sering menunjukkan aktivitas geraknya yang sulit
di hentikan. Anak-anak semacam Agus termasuk anak-anak hiperaktif yang
berperilaku tidak mampu untuk diam sejenak dengan tenang di kursi belajarnya
untuk beberapa menit (paling lama hanya lima menit) dan sering menunjukan
gejala-gejala kegelisahan saat berada di ruang belajar. Dengan sikapnya
tersebut menyebabkan gurunya dan teman-teman sekelasnya menjadi frustasi
terhadap ulahnya. Dalam permainan futsal secara beregu, sering di lakukan
pertemuan singkat saat waktu jeda dan sering kali Agus bertanya-tanya sambil
berteriak-teriak terhadap pelatihnya
v Cara mengatasi anak yang hiperaktif
a. Hubungan yang baik antara orang tua
dengan anak
·
Mengidentifikasi segi positif.
Tidak ada anak yang benar-benar berantakan tanpa
mempunyai segi positif, sekalipun ia tergolong anak yang hiperaktif. Satu hal
yang salah dan sering terjadi, bahwa orang tua mengukur segi positif anak dengan
saudara sekandung atau teman sebayanya. Perlu disadari bahwa setiap anak
mempunyai perkembangan yang berbeda meskipun saudara sekandung. Beberapa
peraturan bagi anak dapat dibuat dengan memenuhi syarat berikut : jelas dan tidak abstrak, diawali
dengan peraturan mudah dalam waktu yang pendek, tidak dengan marah ketika
menerangkannya pada anak, sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan tidak
terlalu banyak.
·
Memberi hadiah
Misalnya jika anak berhasil mngerjakan
tugas sekolah misalnya, langsung diberikan hadiah, yang bersifat menyenangkan
hati anak, konsisten yang berarti diberikan bagi anak yang benar-benar berhasil
dan bukan karena rengekan, disampaikan dengan hangat dan dibarengi dengan
pujian. Sesekali mengajak anak menyalurkan energinya di tempat yang lebih luas,
misalnya di taman. Jika orang tua merasa butuh pertolongan, anak bisa dibawa ke
klinik spesialis terpadu. Disana anak akan dibantu oleh beberapa ahlinya dalam
ilmu penyakit jiwa anak, ilmu jiwa klinik, ilmu jiwa pendidikan, dokter anak dan
psikoterapis. Bagaimanapun, anak adalah amanah Allah.
Tugas orang tua adalah bagaimana memaksimalkan diri dalam membawa mereka
menjadi hamba Allah yang shalih. Dan Allah-lah yang akan menentukan hasilnya.
b. Solusi mengatasi anak hiperaktif melalui
bimbingan konseling di sekolah
dalam
penerapannya, teknik bimbingan konseling disekolah berupa kegiatan-kegiatan secara klasikal atau individual yang disajikan
secara sistematis dalam rangka membantu perkembangan dirinya secara optimal. Ada beberapa teknik pendekatan tersebut,
diantaranya yaitu :
1. Alternatif Bantuan. Alternatif bantuan yang dapat diberikan
adalah layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok bertujuan membantu siswa
agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat dan
memperoleh keterampilan dasar hidupnya, dengan kata lain membantu siswa dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya.
2. Penetapan Bantuan yang Paling Visibel. Layanan yang
dilaksanakan dapat berlandaskan teori Behavioristik.
Dengan menggunakan teori tersebut konseli dilatih untuk mampu mengkondisikan
diri dalam situasi-situasi tertentu. Konseli dilatih untuk terbiasa berada pada
satu kondisi yang dirinya tidak sukai, namun dia mampu mengatasi ledakan emosinya
dalam kondisi tersebut.
Dengan
langkah – langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Menempatkan anak di bangku yang dekat guru, di antara anak yang
tenang dan amat memperhatikan pelajaran.
2. Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau
gambar atau lukisan
yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.
3. Menatap anak saat berkomunikasi.
4. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar
anak, supaya perhatiannya tidak pecah.
5. Sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau
menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya.
6. Memberikan pujian bila anak tenang.
7. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang
tenang, jauh dari televisi atau musik keras.
8. Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan
secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi,
belajar, makan, tidur, baca buku, main dll).
9. Mendorong orang tuanya untuk
melatih anak menyiapkan keperluan sekolah sebelum tidur, sehingga tidak
tergesa-gesa di saat akan berangkat sekolah.
10. Mengarahkan orang tuanya Untuk mengajak anak untuk
melakukan kegiatan-kegiatan positif yang "menguras" energinya,
misalnya dengan berenang, ikut les musik/menari, dan sebagainya. Namun, dalam menolong anak yang hiperaktif karena kelebihan energi
ini, kita tidak bisa sembarangan mengajak anak melakukan aktivitas-aktivitas
fisik yang berat. Kita bisa juga mengajak anak untuk melakukan kegiatan yang
memerlukan ketekunan dan konsentrasi, seperti menjodohkan gambar, menyusun
angka 1-10, atau menyusun puzzle.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
hiperaktif
adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak
sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan
asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu: Tidak ada perhatian;
Hiperaktif, mempunyai terlalu banyak energi; dan Impulsif, Bertindak tanpa
dipikir atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya. Beberapa hal berikut dapat dijadikan pedoman dalam menangani masalah anak
hiperaktif:
1. PERIKSALAH, tak semua tingkah laku yang kelewatan dapat digolongkan sebagai
hiperaktif.
2. PAHAMILAH, sikap dan perilaku anak, serta apa yang dibutuhkan anak, baik secara
psikologis, kognitif (intelektual) maupun fisiologis.
3. LATIH kefokusannya, jangan tekan dia, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi
konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
4. TELATENLAH, Jika dia telah "betah" untuk duduk lebih lama, bimbinglah
anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan.
5. BANGKITKAN kepercayaan dirinya, misalnya memberikan
pujian bila anak makan dengan tertib atau berhasil melakukan sesuatu dengan
benar,
6. KENALI arah minatnya, jika anak bergerak terus,
jangan panik, ikutkan saja, dan catat baik-baik, kemana sebenarnya tujuan dari
keaktifan dia.
7. MINTA dia bicara, anak hiperaktif cenderung susah
berkomunikasi dan bersosialisai, sibuk dengan dirinya sendiri.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua, akhir kata penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses
akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan.
Karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun
demi sempurnanya makalah kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi. 2007. Cara Efektif Mamahami
Perilaku Anak Usia Dini.
Gunarsa, Singgih. 1978. Psikologi
Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Huda, M. Sholikul. Mengenal Anak
Hiperaktif (gangguan hiperkinetik)
Tanner, T. Bradley MD. Attention
Defisit Hiperactivity Disoder. ADD/ADHD
McLeod, John.
2010. Pengantar Konseling (Teori dan
Kasus), Jakarta : Kencana Prenada Media Group
http://www.sulastowo.com/2008/04/16/anak-hiperaktif/
http://blog.umy.ac.id/suhe08/2011/12/30/cara-mengatasi-anak-hiperaktif/
http://c3i.sabda.org/menolong_anak_yang_hiperaktif