Pengertian Bahasa Indonesia yang
Baik danBenar
Bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan situasi pembicaraan (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat
pembicaraan, dan ragam pembicaraan) dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam
Bahasa Indonesia (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, pungtuasi, istilah, dan
tata bahasa). Pengertian Bahasa Indonesia
yang baik adalah Bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sedangkan pengertian Bahasa Indonesia yang Benar adalah
Bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaedah-kaedah kebahasaan yang berlaku.
Di antara kaidah-kaidah yang dipergunakan, antara lain:
-
Fonologi ,ialah ilmu
yang mempelajari seluk-beluk bunyi bahasa. Bunyi bahasa dibedakan menjadi 2,
yakni:
a.
Fonetik (fona), yaitu bunyi bahasa yang tidak membedakan makna.
b.
Fonemik (fonem), yaitu bunyi bahasa yang dapat membedakan makna.
-
Morfologi, ialah ilmu
yang mempelajari seluk-beluk kata secara gramatikal. Setiap kata dapat dibagi
atas bagian-bagian yang terkecil. Jadi, morfologi adalah cabang linguistic
yang mempelajari seluk-beluk kata serta
pengaruh perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata.
-
Sintaksis, ialah ilmu
yang mempelajari tentang struktur kalimat.
-
Semantik, ialah sistem
atau penyelidikan makna dan arti dalam
suatu bahasa pada umumnya.
-
Etimologi, ialah ilmu
yang mempelajari tentang asal-usul
bahasa/kata.
Kaidah Dasar Bahasa Indonesia
a.
Kata yang penting disebutkan atau dituliskan lebih dulu, sesudah itu baru
keterangannya. Atau kata yang diterangkan di depan kata yang menerangkan.
Dengan istilah lain bahasa Indonesia mengikuti hukum D-M (Diterangkan –
menerangkan).
Misalnya: Hotel Bali, sepeda mini, waktu sedikit, kekuatan maksimum, mala
mini, terima kasih banyak.
Tetapi seperti umumnya kaidah bahasa itu tidak mutlak sifatnya, dalam hal
ini pun susunan diterangkan – menerangkan juga mempunyai kekecualian antara
lain:
a)
Kata depan, misalnya:
-
Mira baru saja datang dari Jakarta
-
Rencananya hari ini Ery akan pergi ke Palembang
b)
Kata bilangan, misalnya:
-
Adi mempunyai tiga buah
kelereng dan sebuah layang-layang.
-
Semua pengendara sepeda motor harus mengenakan helm.
c)
Kata keterangan, misalnya:
-
Hari sudah siang, Ibu belum
juga datang.
d)
Kata kerja bantu, misalnya:
-
Ani pasti datang jika diundang.
e)
Kata majemuk yang mempunyai arti kiasan, misalnya:
-
Panjang tangan -
keras hati
f)
Kata majemuk dari bahasa asing, misalnya:
-
Perdana menteri
-
bumiputera
b.
Tidak terjadi perubahan kata benda akibat penjamakan, misalnya:
-
Dua bilah keris, sepuluh buah durian.
-
Rombongan penari, persatuan pelajar.
c.
Tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian Bahasa Indonesia, misalnya:
-
Atas kedatangan bapak-bapak,
saya ucapkan terima kasih.
Pengertian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa
baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang
menjadi standar.
Bahasa Indonesia baku adalah
salah satu ragam bahasa Indonesia yangbentuk bahasanya telah dikodifikasi,
diterima, dan difungsikan ataudipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia
secara luas.
Bahasa
Indonesia yang baku ialah
bahasa Indonesia yang digunakan orang-orang terdidik dan yang dipakai sebagai tolak banding penggunaan bahasa yang dianggap benar. Ragam bahasa Indonesia yang baku ini biasanya ditandai oleh adanya sifat kemantapan dinamis dan ciri kecendekiaan. Yang dimaksud
dengan kemantapan dinamis ini ialah bahwa bahasa tersebut selalu mengikuti
kaidah atau aturan yang tetap dan mantap namun terbuka untuk menerima perubahan yang bersistem. Ciri kecendekiaan bahasa baku
dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengungkapkan proses pemikiran yang rumit
di berbagai bidang kehidupan dan ilmu pengemhuan.
Bahasa
Indonesia baku dipakai dalam :
1.
Komunikasi resmi, seperti dalam
surat-menyurat resmi, peraturan pengumuman instansi resmi atau undang-undang;
2.
Tulisan ilmiah, seperti laporan penelitian, makalah,
skripsi, disertasi dan buku-buku ilmu pengetahuan.
3.
Pembicaraan di muka umum, seperti dalam khotbah,
ceramah, kuliah pidato, dan
4.
Pembicaraan dengan orang yang dihormati atau yang
belum dikenal.
Fungsi Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia baku mempunyai
empat fungsi, yaitu pertama,pemersatu; kedua, penanda
kepribadian; ketiga, penambah wibawa; dan keempat, kerangka
acuan.
Pertama,
bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan
atau memperhubungkan penutur berbagai dialekbahasa itu. Bahasa Indonesia baku
mempersatukan mereka menjadi satumasyarakat bahasa Indonesia baku. Bahasa
Indonesia baku mengikatkebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia
dengan mangatasib atas-batas
kedaerahan.
Kedua, bahasa
Indonesia baku berfungsi sebagai penanda kepribadian.Bahasa Indonesia baku
merupakan ciri khas yang membedakannyadengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa
Indonesia baku memperkuatperasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa
Indonesia baku.Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita.
Ketiga, bahasa
Indonesia baku berfungsi penambah wibawa. Pemilikanbahasa Indonesia baku akan
membawa serta wibawa atau prestise. Fungsipembawa wibawa berkaitan dengan usaha
mencapai kesederajatandengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan
bahasa baku.
Keempat, bahasa
Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan.Bahasa Indonesia baku berfungsi
sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang
dikodifikasi secara jelas. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi
tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia baku secara benar.
EYD ( Ejaan yang
Disempurnakan)
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan
dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf
disertakan di sebelahnya.
Huruf Nama Huruf NamaHuruf Nama
A a a J j je S s es
B b be K k ka T t te
C c ce L l el U u u
D d de M m em V v fe
E e e N n en W w we
F f ef O o o X x eks
G g ge P p pe Y y ye
H h ha Q q ki Z z zet
I i i R r er
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan
vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Contoh
Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di
Tengah Di Akhir
a api padi lusa
e* enak petak sore
emas kena tipe
i itu simpan murni
o oleh kota radio
u ulang bumi ibu
* Dalam pengajaran
lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
-
Anak-anak
bermain di teras (téras).
-
Upacara itu
dihadiri pejabat teras pemerintah.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan
konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j,
k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di
Tengah Di Akhir
b bahasa sebut adab
c cakap kaca –
d dua ada abad
f fakir kafir maaf, dst.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong Contoh Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di
Tengah Di Akhir
ai ain syaitan pandai
au aula saudara harimau
oi – boikot amboi
E. Gabungan Huruf
Konsonan
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh,
ng, ny, dan sy.
Contoh Pemakaian dalam
Kata
Di Awal Di
Tengah Di Akhir
kh khusus akhir tarikh
ng ngilu bangun senang
ny nyata hanyut –
sy syarat isyarat arasy
F. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
a.
Jika
di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan kata itu dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak
pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua
huruf itu.
Misalnya: au-la bukan a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
b.
Jika di tengah kata ada huruf
konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya: ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan,
ke-nyang.
c.
Jika
di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya: man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril,
bang-sa.
d.
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya: in-strumen, ul-tra, in-fra, bang-krut,
ben-trik, ikh-las
2. Imbuhan
akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya: makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
Catatan:
a.
Bentuk
dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b.
Akhiran -i
tidak dipenggal.
c.
Pada kata
yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya: te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
3. Jika suatu
kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan kata dapat dilakukan
1)
di
antara unsur-unsur itu atau
2)
pada unsur
gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
Misalnya: bio-grafi, bi-o-gra-fi
foto-grafi,
fo-to-gra-fi
Keterangan:
Nama orang, badan
hukum, dan nama diri yang lain
disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
II. Pemakaian Huruf
Kapital dan Huruf Miring
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1.
Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya: Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Bapak menasihatkan,
"Berhati-hatilah, Nak!"
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Maha Kuasa,
Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang.
Misalnya: Mahaputra
Yamin
Sultan Hasanuddin
5. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak
diikuti nama orang.
Misalnya: Dia baru saja
diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik
haji.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya: Wakil
Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama
tempat.
Misalnya: Siapa
gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin
Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya: Amir Hamzah
Dewi Sartika
9. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama sejenis atau satuan
ukuran.
Misalnya: mesin diesel
10 volt
10. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia
suku Sunda
11. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk
dasar kata turunan.
Misalnya:mengindonesiakan kata asing
keinggris-inggrisan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya: bulan Agustus, hari Natal
bulan Maulid, Perang Candu
13. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama geografi.
Misalnya: Asia Tenggara, Kali Brantas.
15. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya: berlayar ke teluk
16. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya: garam
inggris, gula jawa
17. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta
nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
18. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya: menjadi
sebuah republik
beberapa badan hukum
19. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya: Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
20. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa
dan Sastra.
21. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Dr. doktor
M.A. master
of arts
S.H. sarjana
hukum
22. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya: "Kapan
Bapak berangkat?" tanya Harto.
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
23. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau
penyapaan.
Misalnya: Kita harus
menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik
saya sudah berkeluarga.
24. Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama kata ganti Anda.
Misalnya: Sudahkah Anda
tahu?
Surat Anda telah kami
terima.
B. Huruf Miring
1. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan
buku Negarakertagama
karangan Prapanca
2. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a.
Dia bukan menipu,
tetapi ditipu.
3. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan
asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia
mangostana.
Politik divide et impera
pernah merajalela di negeri ini.
Dalam tulisan tangan
atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di
bawahnya.
III. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata
dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Ibu percaya
bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh
sesak.
2. Kata Turunan
1. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: bergeletar,
dikelola
2. Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: bertepuk
tangan, garis bawahi
3. Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
menggarisbawahi, menyebarluaskan
4. Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya: adipati mahasiswa
aerodinamika mancanegara
Catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata
yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan
tanda hubung (-).
Misalnya: non-Indonesia
pan-Afrikanisme
2)
Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungikita.
Marilah
kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
3. Kata Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang,
biri-biri, kupu-kupu.
4. Gabungan Kata
1. Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja
tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang
empat.
2. Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,
ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
3. Gabungan
kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah.
Pengertian
Paragraf
Paragraf
adalah rangkaian kalimat yang disusun secara sistematis dan logis sehingga
membentuk kesatuan pokok pembahasan. Paragraf dibentuk dari satu gagasan utama
dan beberapa
Paragraf bukan sekedar pembagian konvensional dari bab
atau kumpulan dari kalimat-kalimat. Gorys Keraf (1989: 62) menyatakan paragraf
merupakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih
luas dari kalimat. Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang
bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam paragraf,
gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain
untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Sementara itu, A. Hamid Hasan Lubis (1994: 111) dalam Glosarium Bahasa dan Sastra yang
disusunnya mendefinisikan paragraf sebagai kesatuan bahasa yang mengandung satu
tema, mengungkap satu pikiran yang lengkap. Dari sisi kuantitas kalimat,
paragraf bisa terbentuk dari satu kalimat, dua kalimat, tiga kalimat, atau
sejumlah kalimat sesuai keperluan. Lubis juga menerangkan, biasanya paragraf
ditandai dengan cara penulisannya yang dimulai dengan garis baru dan menjorok
ke dalam halaman.
Dalam batasan kamus, Kamus
Linguistik yang disusun Harimurti Kridalaksana (2001: 154) membatasi
paragraf adalah: 1. satuan bahasa yang mengandung satu tema dan
perkembangannya; 2. bagian wacana yang mengungkapkan pikiran atau hal tertentu
yang lengkap tetapi yang masih berkaitan dengan isi seluruh wacana; dapat
terjadi dari satu kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan. Sedangkan
definisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 26/729) paragraf adalah
bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran atau satu tema yang lengkap dalam
ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi
yang lebih.
Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Pikiran Utamanya
Jenis paragraph dilihat dari
letak pikiran utamanya, antara lain:
Pengertian awal paragraf ini dapat merupakan kalimat
pertama, dapat juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok pada awal
paragraf, gagasan sentral akan mendapat penekanan yang wajar. Paragraf semacam
ini biasanya bersifat deduktifyaitu
mula-mula mengemukakan pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian yang
terperinci. Kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut harus dipusatkan untuk
memperjelas ide atau gagasan sentral yang dikembangkan.
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian akhir
paragraf. Paragraf yang kalimat pokoknya berada diakhir paragraf bersifat
induktif. Menyusun paragraf seperti ini memerlukan keterampilan lebih dari
penulis. Penulis harus mampu menyusun kalimat sehingga dapat mencapai klimaks
pada kalimat pokok yang terdapat pada akhir paragraf. Cara ini lebih sulit,
tetapi lebih efektif, terutama dalam mengemukakan argumentasi.
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan
akhir dari paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan
dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi
Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam
seluruh paragraf. Dalam hal ini terdapat kalimat yang khusus yang menjadi
kalimat topiknya. Paragraf
semacam ini terutama dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif atau
naratif.
Jenis Paragraf Berdasarkan Cara Pengembangannya
Jenis paragraf dilihat dari cara
pengembangannya, antara lain:
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan
satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa
tersebut. Kalimat-kalimat dalam paragraf narasi yang berisi rangkaian kejadian
atau peristiwa biasanya disusun menurut urutan waktu (kronologis).
Isi
paragraf (karangan) narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi, boleh
pula tentang sesuatu yang khayali. Otobiografi atau biografi seorang tokoh
terkenal biasanya ditulis dalam bentuk narasi, dan isi karangan itu memang
benar-benar nyata atau berdasar fakta sejarah yang tidak dibuat-buat. Tetapi
cerpen, novel, hikayat, drama, dongeng, dan lain-lain seringkali hanyalah hasil
kreasi daya khayal seorang pengarang, yang sebenarnya cerita itu sendiri tak
pernah terjadi. Namun karangan ini juga termasuk dalam karangan narasi.
Karangan
deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengmukakan sifat, tingkah laku
seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain. Misalnya, suasana kampung yang begitu damai, tenteram,
dan saling menolong, dapat dilukiskan dalam karangan deskripsi. Juga suasana
hiruk pikuk ketika terjadi kebakaran, dapat pula disajikan dalam bentuk
deskripsi.
Lukisan dalam karangan deskripsi harus diupayakan
sedemikian rupa, agar pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang kita
lukiskan tersebut. Sudah tentu, menyusun karangan deskripsi membutuhkan
keterlibatan emosi (perasaan) pengarang.
Dalam karangan deskriptif, untukmemperoleh kesan “hidup” perlu dilukiskan
bagian-bagian yang dianggap penting sedetail mungkin. Kalau melukiskan betapa
mengerikannya tersesat di hutan, maka situasi hutan yang dapat menimbulkan kengerian
itu harus dilukiskan selengkap-lengkapnya, sehingga pembaca dapat membayangkan
bagaimana jika dia sendiri yang tersesat di situ.
Karangan eksposisi adalah karangan yang berusaha
menerangkan suatu hal atau suatu gagasan. Dalam memaparkan sebuah ide pokok,
kita dapat menjelaskan dan melengkapinya dengan memberi keterangan yang cukup
atau dapat pula mengembangkannya sehingga menjadi luas dan gampang dimengerti.
Banyak topik yang bisa dikembangkan dengan jenis tulisan
eksposisi, misalnya:
q Menjelaskan latar
belakang pendirian perguruan tinggi.
q Memberikan petunjuk
bagaimana proses jalannya sebuah mesin.
q Membuat laporan
kuliah kerja lapangan, laporan studi banding, atau laporan praktik kerja
lapangan (magang).
q Menguraikan perkembangan
kebudayaan dan peradaban manusia.
q Proses pengolahan
berita surat kabar. .
q dan
lain-lain.
Seperti yang terdata di atas, salah satu bentuk karangan
eksposisi adalah uraian tentang proses. Jika kita memaparkan tentang sebuah
proses, misalnya proses pengolahan berita di surat kabar, maka baik sekali jika
paparan disajikan dalam beberapa tahapan. Tiap tahapan diuraikan menurut urutan
waktu. Yang dahulu didahulukan, yang kemudian dikemudiankan. Tiap langkah
dipaparkan sejelas-jelasnya sehingga pembaca dapat mengerti.
Supaya
paparan bertambah jelas, perlu dipergunakan contoh-contoh, ilustrasi,
gambar-gambar, tabel, diagram, peta, denah, dan sebagainya. Oleh karena itu
jika hendak memaparkan sesuatu hal atau gagasan, hendaknya hal atau gagasan itu
kita kuasai betul-betul.
Paragraf
argumentasi atau persuasi merupakan jenis karangan yang paling sukar bila
dibandingkan dengan tiga jenis yang telah diuraikan di muka.Tetapi hal itu tidak berarti bahwa jenis karangan argumentasi
ini lebih penting dan lebih berharga daripada jenis karangan narasi, deskripsi,
atau eksposisi. Karangan argumentasi lebih sukar karena pada jenis karangan ini
pengarang wajib mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat
meyakinkan, sehingga terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan
keyakinannya.
Untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan kemudian bertindak seperti
yang diinginkan, tentu ada persyaratannya. Pengarang harus berpikir secara
kritis dan logis. Dia harus terbuka menerima pendapat orang lain, lalu
menganalisis dan mempertimbangkannya secara baik dan rasional. Agar apat
mengajukan argumentasi, pengarang sudah pasti harus memiliki pengetahuan dan
pandangan yang cukup luas tentang hal yang diperbincangkan. Kelogisan berpikir,
keterbukaan sikap dan keluasan pandangan terhadap masalah yang diperbincangkan,
akan banyak sekali peranannya untuk mempengaruhi orang lain. Maka ini semua
merupakan persyaratan yang diperlukan untuk membikin karangan argumentasi.itulah
sebabnya, tadi dikatakan karangan argumentasi atau persuasi itu lebih sukar.
Kecuali lebih sukar, karangan argumentasi juga lebih beresiko karena karangan
ini berpendapat dan berusaha meyakinkan orang lain, maka sangat boleh jadi
pengarangnya berbeda atau bahkan berlawanan pendapat dengan pembaca. Sementara
itu, jenis karangan narasi, deskripsi, atau eksposisi, resiko yang dihadapi
dihadapi pengarang biasanya relatif lebih kecil.
Title : Bahasa Indonesia
Description : Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik danBenar Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai den...
Rating : 5