BAB
1
Pendahuluan
a Latar belakang
Puja dan puji syukur kami haturkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan
taufiq, rahmat dan hidayahnya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat dan salam tak lupa kami curahkan pada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah
membawa kita keluar dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.
Filasafat merupakan induk dari semua
ilmu pengetahun dan juga merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang persoalan kebenaran hakiki.
Adapun Endang syaifuddin ansori
menjelaskan filasafat adalah hasil pemikiran manusia tentang hakikat semua yang
ada secara radikal, integral, dan sistematis.
Filsafat disebut juga sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat
eksistensial, artinya sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita
sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi motor penggerak kehidupan kita
sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai manusia kolektif dalam
bentuk sesuatu masyarakat atau bangsa.
b Rumusan masalah
1. Bagaimana bentuk karakteristik filsafat?
2. Apa ciri-ciri dari filsafat?
c Tujuan
1. Dapat mengetahui karakteristik filsafat
2. Dapat mengetahui ciri-ciri filsafat
BAB
II
KARAKTERISTIK
DAN CIRI-CIRI FILSAFAT
Karakteristik filsafat
Sesuai dengan definisi Endang syaifuddin ansori
bahwa filasat adalah meliputi tentang
hakikat semua yang ada secara radikal, integral, dan sistematis. Dari
pengertian tersebut secara tidak langsung telah dijelaskan tentang
karakteristik filsafat yang meliputi radikal, integral dan sistematis.
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua
berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat
dengan bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai
berikut.
- Radikal
Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf
adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan
pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan
berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas
seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah
termasuk ke dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan
tentang dirinya sendiri. .
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal
bisa diartikan berfikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai
kepada konsekuensinya yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah,
tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke ujungnya.
Berfikir radikal tidak berarti hendak
mengubah, membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam
arti sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan
yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.
- Integral
Integral yang berarti mempunyai
kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruha
atau filsafat memandang objeknya secara integral.
3.
Sistematis
Sistematis disini
artinya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi
atau masalah lain yang terdapat pada filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan
materi atau permasalahn filsafat dan bagai mana susunan dan hubungan satu
masalah dengan masalah yang terjadi?
Menurut Langeveld
(1959) mengajukan tiga masalah pokok
dalam filsafat yang melahirkan jenis jenis filsafat, disebut dengan
problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain:
a.
Masalah mengenal dan
mengetahui atau cognition
b.
Masalah segala sesuatu
atau metafisika
c.
Masalah penilaian dan
aksiologi
- Ciri-ciri filsafat
Menurut Clarence I. Lewis seorang ahli logika mengatakan bahwa
filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan sisi yang
terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan atau problema
kehidupan manusia. Kegiatan atau problem tersebut terdapat beberapa ciri
yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat yaitu:
- Sangat umum dan universal
Pemikiran filsafat
mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat
tidak bersangkutan dengan obyek-obyek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan
konsep-konsep yang sifatnya umum. Misalnya tentang manusi, tentang keadilan ,
tentang kebebasan dan lainnya.
- Tidak faktual
Pengertian tidak factual
kata lainnya adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan
yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan ada bukti. Hal ini
sebagai sesuatu hal yang melampaui batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah.
c. Bersangkutan
dengan nilai
C.J. Ducasse mengatakan
bahwa filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta
yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang yang
baik dan yang buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai
suatu usaha untuk mempertahankan nilai.
- Berkaitan dengan arti
di atas telah
dikemukakan bahwa nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang bernilai
tentu di dalamnya penuh dengan arti. Agar upaya para filosof dalam
mengungkapkan ide-idenya agar syarat dengan arti, maka para filosof harus dapat
menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan bahasa yang tepat(ilmiah),
kesemuanya itu berguna untuk menghindari adanya kesalahan.
- Implikatif
Pemikira filsafat yang
baik dan terpilih selalu mengandun implikasi (akibat logis), dan dari implikasi
tersebut diharapkan akan mampu melahirkan pemikiran baru, sehingga akan terjadi
proses pemikiran yang dinamis: dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan
seterusnya….sehingga tiada habis-habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis)
akan dapat menyuburkan intelektual.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dalam pembahasan untuk mencari apakah
karakteristik atau ciri-ciri filsafat tersebut maka dapat disimpulkan
bagaimanakah ciri-ciri filsafat. Berfikir filsafat mempunyai ciri-ciri yang
telah dijelaskan dalam pembahasan tersebut yaitu: universal, spekulatif,
berkaitan dengan arti, dan implikatif. Keempat ciri-ciri tersebut saling
berkaitan atau saling terkait dalam berfikir filsafat. Dan pada intinya
berfikir filsafat adalah mengejar kejelasan berarti harus berjuang dengan gigih
untuk mengeliminasi segala sesuatu yang tidak jelas, yang kabur, dan yang
gelap, bahkan juga serta rahasia dan berupa teka-teki. Tanpa kejelasan,
filsafat pun akan menjadi yang mistik, serba rahasia, kabur, gelap dan tak
mungkin dapat menggapai kebenaran. Jelas terlihat bahwa berfilsafat
sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk mendapatkan suatu perjuangan
untuk mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas.
Perjuangan mencari kejelasan itu adalah satu sifat dasar filsafat.
- Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir
kata penulis menyadari bahwa makalah ini bukanlah proses akhir, tetapi
merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan perbaikan. Karena itu kami
sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya
makalah kami yang selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Anshari,
Endang saifuddin. 1981. Ilmu, filsafat dan agama. Bandung: bina ilmu
Achmadi,
Asmoro. 1995. Filsafat umum. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada
Hadiwijono,
Harun. 1980.Sari sejarah filsafat barat. Yogyakarta:
penerbit kanisius
Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat
agama. Jakarta:
PT Raja Grafindo persada
Saefullah, Djadja. 2004. Pengantar filsafat. Bandung: PT Refika
Aditama
Sutardjo. 2006. Pengantar filsafat. Bandung: PT Rafika Aditama